.hemmmm..... aku lmyan suka nih sama paper yg aku tulis buat tugas aku kemarin,, yaaaaaapzz.... aku ngebahas msalah perempuan, tepatnya motivasi perempuan untuk bekerja., Cuma pengen share aja nih sama tulisan aku kmaren,. Moga aja bermanfaat yaaaa...
Perempuan dan Motivasinya dalam Bekerja
Jumlah penduduk Indonesia lebih kurang 200 juta dengan separoh diantaranya adalah kaum wanita, merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang harus didaya gunakan semaksimal mungkin. Pertumbuhan ekonomi yang sagat cepat ditandai dengan tumbuhnya industri-industri baru yang menimbulkan peluang bagi angkatan kerja pria maupun wanita. Sebagian besar lapangan kerja di perusahaan pada tingkat organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan ketrampilan yang khusus lebih banyak memberi peluang bagi tenaga kerja wanita.
Mengejar target pertumbuhan ekonomi dan demokrasi memang perlu, tetapi pertumbuhan ekonomi dan demokrasi yang ramah terhadap peningkatan kapabilitas dalam pemenuhan kebutuhan dasar justru lebih penting. Hidup lebih lama dan sehat, lebih berpendidikan, mempunyai keterampilan, dan produktivitas kerja meningkat sehingga mempunyai pendapatan yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan hidup layak merupakan pilihan-pilihan dasar yang harus diupayakan.
Tuntutan ekonomi yang mendesak, dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenaga kerja wanita. Tidak hanya pada tenaga kerja wanita yang sudah dewasa yang sudah dapat di golongkan pada angkatan kerja. Tetapi sering juga wanita yang belum dewasa yang selayaknya masih harus belajar di bangku sekolah.
Peningkatan status dan peran perempuan dalam pemabangunan merupakan hal yang terus-menerus diperjuangkan. Peningkatan partisipasi perempuan di bidang pendidikan dan pekerjaan seringkali dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu, upaya peningkatan pendidikan perempuan dan upaya mendorong perempuan untuk terjun ke dunia kerja juga terus-menerus diupayakan oleh berbagai pihak. Namun demikian, perempuan sering kali justru terjebak dalam peran baru yang dijalani.
Peran baru yang dijalani, yaitu sebagia perempuan pekerja, seharusnya menjadi wujud keberhasilan perempuan mendapatkan hak berkesempatan yang sama dengan laki-laki. Pada kenyataannya, tidak semua perempuan bekerja karena keinginan mereka sendiri, tetapi lebih karena kondisi ekonomi yang memaksa untuk harus bekerja.
Ada beberapa alasan perempuan memutuskan untuk bekerja, diantaranya adalah untuk menyelamatkan perekonomian rumah tangga, sebagai upaya keluar dari rutinitas sehari-hari atau memenuhi tuntutan lingkungan sehubungan dengan tingkat pendidiakan yang telah mereka raih, dengan kata lain mengaktualisasikan ilmu dan kemampuan yangn dimiliki. Latar belakang sosial ekonomi perempuan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk bekerja.
Pada sebagian masyarakat, masih terdapat anggapan perempuan tidak dapat menjalankan tugas sebagai pemimpin. Pada kodratnya, perempuan dianggap berkemampuan lebih rendah daipada laki-laki. Pendapat semacam ini tampaknya masih tertanam dengan kuat di masyarakat dan cenderung menghambat keinginan perempuan untuk menjangkau posisi lebih tinggi. Walaupun seorang perempuan bekerja dan berpenghasilan lebih tinggi daripada laki-laki, ia tetap tidak dianggap sebagai pencari nafkah utama. Mereka dianggap sebagai tanggungan konstruksi sosial yang ada selama ini telah menempatkan laki-laki sebagi pencari nafkah utama dan perempuan sebagi ibu rumah tangga. Padahal, Kepemimpinan perempuan diyakini lebih efektif dibanding kepemimpinan laki-laki. Tetapi pendapat tersebut cenderung membesar-besarkan sifat yang melekat pada perempuan. Untuk menjadi evektifitas seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi tidak semata-mata ditentukan oleh sifat keperempuanan yang melekat pada seseorang, tetapi karena kapasitasnya dalam memimpin. Disamping kapasitas, pemimpin yang efektif bagi efektivitas organisasi dapat juga dipengaruhi oleh lima faktor penting mencakup pemilihan dan penempatan pemimpin, pendidikan kepemimpinan, pemberian imbalan pada prestasi pemimpin dan bawahan, teknik pengelolaan organisasi untuk menghadapi perubahan lingkungan, dan teknologi.
Perempuan dan Kerja
Ketika perempuan memutuskan untuk bekerja, setidaknya terdapat tiga alasan: sebagai bentuk aktualisasi diri, sebagai pengisi waktu, dan upaya keluar dari rutinitas mengurus rumah tangga, dan sebagai upaya mencari nafkah. Perempuan yang bekerja karena alasan keterbatasan ekonomi rumah tangga seringa kali harus terjebak dalam pekerjaan-pekerjaan marginal yang tidak memungkinkannya memiliki posisi tawar yang baik di tempat kerja. Karena umumnya mereka berpendidikan rendah, jenis pekerjaan yangbisa mereka dapat pun umumnya adalah jenis pekerjaan yang mengandalkan tenaga dan sewaktu-waktu siap digantikan oleh pekerja lain.
Keinginan perempuan untuk segera dapat mengatsi kesulitan ekonomi yang dialami keluarganya membawa sebagian mereka menjadi TKW dan pencari nafkah utama dalam rumah tangga. Tuntutan kebutuhan hidup yang memaksa perempuan untuk bekerja sangat jauh dari ide pemberdayaan perempuan. Dalam kasus semacam itu, peningkatan status perempuan tidak terjadi dan yang justru terjadi adalah perempuan terpaksa mengambil alih peran suami untuk mencari nafkah.
Selain itu, perempuan bekerja karena adanya keinginan untuk mengaktualisasikan diri atau menghilangkan kebosanan akibat rutinitas sehari-hari menpunyai nasib yang lebih baik walaupun bukan berarti terlepas dari subordinasi suami. Keasyikan perempuan terhadap pilihan mereka akan pekerjaannya sering kali dituding sebagi penyebab ketika terjadi ketidak harmonisan rumah tangga. Penghasilan istri yang lebih tinggi daripada suami seringkali menjadi alasan ketidak harmonisan tersebut. Oleh Karena itu, walaupun perempuan mampu meraih pendidikan dan dapat bersaing dalam mendapatkan pekerjaan, mereka sebaiknya tetap dirumah dan mengurus rumah tangga. Namun, sebenarnya hal itu dianggap salah satu hasil perjuangan perempuan, kemandirian perempuan sering kali dianggap sebagai bentuk kemandirian perempuan.
Pada berbagai etnis dan budaya, harapan utama yang ditujukan bagi perempuan adalah sebagai istri dan ibu rumah tangga. Kemampuan yang paling diakui oleh masyarakat adalah kemampuan dalam hal mengelola rumah tangga. Anggapan tentang adanya kodrat berimplikasi pada adanya perbedaan tugas antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sering kali memunculkan argumen yang kuat untuk tetap menempatkan perempuan tinggal dirumah. Hal itu karena permasalahan rumah tangga kadang-kadang muncul ketika perempuan bekerja di luar rumah.
Perempuan yang bekerja bukan karena terpaksa, hal itu semata-mata lebih pada upaya mengaktualisasikan diri tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang harus dihadapi. Walaupun di satu sisi mereka lebih beruntung karena tidak lagi dipusingkan oleh kebutuhan rumah tangga yang harus dicukupinya, masalah lain yang tidak kalah pelik harus dialami oleh sebagaian dari mereka. Perempuan yang dianggap terlalu maju bukan merupakan kabar gembira bagi orang-orang disekitarnya yang telah terbiasa dengan hegemoni budaya yang menempatkan laki-laki sebagai pemimpin, yang sering dikonotasikan sebagai pihak yang harus lebih unggul dalam berbagai hal, termasuk dalam mencari nafkah.
.hahahaahaa..... tu dy beberapa tulisan singkat aku tentang perempuan,. So... menurut aku, gk ada salahnya kok perempuan itu bekerja., Kalo menurut aku, wajib hukumnya buat perempuan itu bekerja (+) buat mengangkat harkat dan martabatnya, biar gk disepelein sama orang yang mungkin khususnya sama kaum adam.
Thnkyuuuu....
Komentar
Posting Komentar